Rabu, 23 Januari 2013

Menasehati Tanpa Menyakiti


حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ وَمُوسَى بْنُ حِزَامٍ قَالَا حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ زَائِدَةَ عَنْ مَيْسَرَةَ الْأَشْجَعِيِّ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ



Telah bercerita kepada kami Abu Kuraib dan Musa bin Hizam keduanya berkata, telah bercerita kepada kami dari Za'idah dari Maisarah Al Asyka'iy dari Abu Hazim dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Nasehatilah para wanita (istri) karena wanita (istri) diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah pangkalnya, jika kamu mencoba untuk meluruskannya maka dia akan patah namun bila kamu biarkan maka dia akan tetap bengkok. Untuk itu nasehatilah para wanita(istri)”(HR.Bukharii,No:3084)

            Dalam sebuah berita diwartakan bahwa, ada seorang suami yang ditangkap oleh pihak kepolisian dengan dakwaan KDRT (Kekerasan Dalam Rumag Tangga). Setelah dikonfirmasi, mengapa ia memukuli istrinya bak gojlokan dalam pendidikan militer. Sang suami beralasan bahwa istrinya tersebut suka menelantarkan anaknya ketika ia pergi bekerja diluar kota, maka dari itu ia kesal dan memukulinya. Dan ketika ditanyakan mengapa ia harus memukul istrinya, ia menjawab bahwa itu semua dalam rangka mendidik sang istri. Namun naas cara meluruskan istri sedemikian, bukannya istri sadar dan keadaan menjadi membaik, justru semakin memburuk dan menjadi-jadi. Hal ini tidak lain terjadi oleh sebab salah sikap suami dalam meluruskan sang istri yang salah.


Tafsir Hadits
  • Maksud kalimat ;.“Nasehatilah para wanita (istri) karena wanita (istri) diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah pangkalnya”
            Adalah sebagai dalil penguat bahwa Hawa (istri) dahulu benar diciptakan dari tulang rusuk Adam, dimana Allah mengambil tulang rusuk Adam-as- dan kemudian diciptakalah Hawa darinya.
            Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Ibnu Abbas, bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk –Nabi Adam- yang paling pendek (pangkal) sebelah kiri, ketika Adam dalam keadaan tidur. Dan menurut Ibnu Katsir, inilah pendapat yang benar. Yaitu benar bahwa Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam yang merupakan satu bagian dari diri Adam (lak-laki). Penjelasan ini sesuai dengan QS. An-Nisa’ ayat 1 dan Al ‘Araf ayat 189.
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.”( QS. An-Nisa’:1)
            Dan selanjutnya bahwa dalam hadits ini diterangkan cara meluruskan istri adalah dengan cara “Tawasau” mengingatkan atau menasehati, bukan dengan cara memukul, menghajar atas fisik ala militer. Sebab tidak dengan demikian meluruskan istri, jika para suami meluruskan istri dengan cara menghajar fisik. Yang ada istri tidak akan memahami maksud pelurusan tersebut, melainkan yang dipahami bahwa ia mendapatkan penyiksaan dan intimidasi. Ibarat kata bahwa sebenar apapun suami dan sesalah apapun istri. Cara efektif meluruskan istri adalah dengan nasehat penuh hikmah dan kelembutan, bukan dengan cara kekerasan.

  • Maksud kalimat :”jika kamu mencoba untuk meluruskannya maka dia akan patah namun bila kamu biarkan maka dia akan tetap bengkok.”
            Salah satu karakteristik istri yang mencolok dalam mendidiknya adalah, bahwa keburukan istri ketika ingin dirubah membutuhkan tahapan dan proses, sehingga seorang suami tidaklah boleh terlalu memaksakan sesuatu dengan cara bim-salabim aba kadabra. Hari ini dinasehati dan seketika itupula akan berubah. Jika terlalu dipaksakan, sebaik apapun nasehat itu maka akan mental begitu saja. Hal ini disebabkan karena wanita itu mentalnya lemah sehingga tidak kuat tekanan dan paksaan yang sifatnya instan. Ketelatenan dan kesabaran dalam memberi nasehat dan bimbingan, serta menghargai proses. InsayaAllah akan menghasilkan suatu yang memuaskan dan lebih baik. Inilah kenapa Nabi berpesan bahwa; “Jika kamu meluruskannya dengan seketika, niscaya kamu akan mematahkannya”(HR.Bukhari,No:4787). Ingat , disitu ada kata “Seketika”,yang artinya tidak boleh tergesa-gesa atau instan, harus sabar dalam menghargai tahapan dan proses.
            Dalam mensyarah makna “Seketika” disitu, para ulama ada yang mengatakan dengan kekerasan dan ketidak sabaran. Namun ada pula yang mengatakan ketergesahan dan ketidaktelatenan. Namun bisa dikorelasikan bahwa merubah dengan cara nasehat itu membutuhkan proses, kesabaran dan keteletenan.
            Meskipun meluruskan istri ini tampak repot dan rumit, para suami tidak boleh putus asa. Sebab ini sudah menjadi tanggung jawabnya untuk membimbing dan meluruskan istri. Karena sesuatu yang salah bila tidak diluruskan akan selalu salah, dan perkara yang bengkok bila tidak diluruskan akan tetap bengkok.Allah swt berfirman ; “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”(QS.At-Tahrim:6)

  • Maksud kalimat :”Untuk itu nasehatilah para wanita
            Suatu penegasan kembali bahwa meluruskan wanita adalah dengan cara menasehati, sebab nasehat itu adalah pertengahan antara keras dan lembut. Syaikh Abdurrahman al Khumaisy, berkata; “Ketahuilah bahwa nasehat itu adalah pertengahan antara ketegasan dan kelembutan”. Sebagaimana islam adalah umat washatan(pertengahan), Ibnu Jarir at Thabri menjelaskan makna washatan adalah tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek.
            Inilah sikap yang dimaksudkan dalam hadits, yaitu bagaimana agar tidak terjebak dalam kesalahan yaitu mematahkan tulang rusuk sebab terlalu keras dan juga tidak membiarkan tulang rusuk tetap bengkok sebab terlalu meremehkan. Jadi inti dari hadits ini adalah agar setiap lelaki dalam menghadapi wanita adalah dengan cara pertengahan, tidak terlalu keras/kasar namun juga tidak membiarkanya atau meremehkan begitu saja.

Nasehati dengan Lembut, Maka Ia Akan Mengerti
Dalam sebuah Atsar dari Aisyah-ra- bahwa, “Wahai para suami, janganlah kau meluruskan kami secara keras/kasar. Oleh karena kami ini bagai tulang yang bengkok, sebab nasehatmu yang kasar tidak akan mudah kami pahami, sedang jika engkau tidak menasehati maka kami akan terus melenceng”.
            Sebagaimana dijelaskan oleh para ahli psikolog bahwa; hati wanita itu lembut dan mempunyai daya sensitif yang tinggi atas apa yang dialaminya. Sebagaimana misalnya ada seorang suami berkata dengan nada tinggi pada istrinya; “buatkan saya kopi”, meskipun sang suami tidak berniatan untuk membentak (bersikap kasar), namun akan ditanggapi seorang istri bahwa itu adalah suatu bentakan yang kasar oleh sebab dikatakan dengan nada yang tinggi. Hal ini sering terjadi dan dialami istri, namun jarang disadari oleh para suami. Terkadang para suami  tidak sadar bahwa istri lebih suka diladeni dengan suara yang lembut ketimbang dengan nada yang keras atau tinggi.
            Maka dari itu setelah memahami tabiat wanita bahwa mereka tidak suka dikasari dan sukar dinasehati dengan cara yang kasar. Maka sudah seharusnya para suami bersikap bijaksana dan penuh kelembutan kepada istri. Agar, nasehat para suami atas istri tersebut dapat dipahami oleh istri dengan baik. Sehingga dengan demikian, sang istri akan lebih baik perangainya oleh sebab mampu menerima nasehat dengan baik.

Bila Nasehat Sudah Tidak Lagi Mempan
Kemudian bagaimana bila istri sudah benar-benar durhaka dan tidak bisa dinasehati?, maka jawabanya adalah sebagaimana dijelaskan oleh Nabi saw. Yaitu bila suami masih cinta, bersabarlah menghadapinya dalam membimbingnya menjadi istri yang saliha dan tidak lagi durhaka. Namun bila sudah tidak kuat dan tidak suka maka silahkan diceraikan.
            Dari Ibnu Abbas-ra- bahwa ada seorang laki-laki menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata: “Sesungguhnya istriku-durhka, ia- tidak menolak tangan orang yang menyentuhnya. Beliau bersabda: "Ceraikanlah dia." Ia berkata: Aku tidak tahan (berpisah) dengannya. Beliau bersabda: "Tahanlah dia."(HR.An Nasai)
            Rasulullah saw dalam menghadapi istrinya yang rewel tidak pernah main pukul, meski ada keterangan yang membolehkan memukul istri (selain wajah) yang durhakanya sudah tidak ketulungan. Hanya saja rambu-rambu dalam menyikap kedurhakaan istri adalah, pertama dengan nasehat, bila tidak mempan dengan cara pisah ranjang, bila masih tidak mempan baru boleh memukulnya demi menyadarkan dengan batasan sewajarnya dan selain pada wajah. Dan bila belum berubah, maka suami bisa diberikan pilihan untuk bercerai.     Namun meskipun demikian, dalam riwayat yang ada. Rasulullah saw tidak pernah menggunakan cara ketiga (memukul istiri). Cara yang dipakai Rasulullah saw ketika istrinya bandel adalah dengan cara nasehat atau  meng-Ila, yaitu dengan cara pisah ranjang selama 40 hari. Dan juga dengan cara mengajukan pilihan antara cerai dan bertahan, sebagaimana dalam kasus pasca perang Hunain. (Lihat Pembahasan: Al-Qolam, Edisi :12 “Ketika Nafkah Suami Tidak Mencukupi”)
Allahu’alam

[] Muhammad Fachmi Hidayat
Referensi :
  • Qishashul An Biya,Imam Ibnu Katsir (Beirut : Dar al Fikr, 1429 H)
  • Tafsir Al Qur’anul Azim, Imam Ibnu Katsir (Beirut : Dar Khotob al Ilmiyah, 1430 H )
  • Fathu Barri,Ibnu Hajar al Asqalani (Beirut : Dar al Fikr, 1431 H)
  • Taudih al Ahkam min Bhulughul Maraam, Syaikh Abdullah al Bassam (Mesir : Dar al Aqidah, 1430 H)
  • Jami’ul Bayan fi Tafsir Al Qur’an an Karim, Ibnu Jarir at Thabari (Mesir : al Aisir, 1323 H)
  • The Psikolgical woman, Amanda Belia (USA :Kentuchi Universiti Publiser, 1999 M)
  • Wanita dan Problematika Rumah Tangga, Maria Anggeria (Jakarta : Citra Mediatama, 2001 M)
  • www.repubilka.co.id